Wahyu Hidayat,


Wahyu Hidayat,
SUSWATI
Sus, apalah makna puisi ini di matamu
bila tak mampu meringankan beban sakit
yang kau tanggung?
bila puisi yang kubuat hanya
bagai rampak yang ditabuh seseorang,
apakah seseorang dalam bayanganmu itu adalah diriku?
dan apalah tafsir puisi ini bagimu
bila tak mampu menyembuhkan luka lama
yang telah kuperbuat padamu?
sekiranya puisi yang kutulis ini
adalah justru luka yang kesekian,
akankah dadamu lapang memaafkanku?
Sus, setelah kepergian tanpa alasan,
kini aku kembali datang.
maafkan aku.
rupanya di kota, gedung-gedung berkembang biak
lebih cepat ketimbang tanaman cengkeh di desa kita
dan udara terlalu angkuh untuk kuhirup.
aku tak betah.
sementara foto seorang artis dalam papan reklame
dengan rambut tergerai dan sedikit memamerkan pahanya,
tak betul-betul memantikku. ia masih kalah
dengan senyummu yang semanis rambai
dengan rambutmu yang senantiasa terurai.
Sus, dengan sisa harapan sebesar biji padi
berikut rasa sesal yang tak kunjung sepi,
aku kembali.
 (Blokagung, 15 Maret 2015)






 Wahyu Hidayat,lahir di Banyuwangi, 28 Oktober 1995, puisi-puisinya ikut dalam antologi bersama nasional, penyair ini tinggal di Banyuwangi Jawa Timur.