Elvandarisa Astandi





Elvandarisa Astandi

MALAM ABU DALAM SURAT KABAR PAGI ITU

*kabar terakhir dari letus kelud pagi itu
matari tengah padam kala itu
lelap benar bayi-bayi menyusu,
dan mengantarkan megah pulang
pada derit pintu tempat cahaya melagu
barisan jalan yang tiba-tiba bergetar
dihantam tapal kaki sekeras besi
berarakan menuruni celah-celah kali
suami dan istri saling menggenggam erat jemari ;
 “adakah ini lonceng yang tengah berdering?”
sepuluh lima puluh, catat wanita renta yang tengah mengejang
air matanya mengubang di kerut luka yang paling dalam
bisik-bisik diantara semak kakinya kala itu
benar-benar dering telepon yang memanggil namanya
merajuk manja memintanya pulang ke rumah
*seorang wanita tua ditemukan meradang luka
diantara abu yang mengudara
(tulis surat kabar yang telentang di meja)
kolom-kolom penuh dengan kisah kematian
ada yang mengiba, ada yang berduka, ada yang berbela sungkawa
abu-abu yang lalu lalang di atap rumah telah berlabuh
lahar yang dicambuk hujan pun telah membeku
melubangi tempuhan kalender bulan itu






Elvandarisa Astandi

Yang Tak Kunjung Kembali

dilemparkannya pandang  menuju langit lesak pukat
mercusuar kian remang, menampar gigir laut yang merjan cahaya
seorang wanita tergugu di bibir perahu, berkilat-kilat
cahaya menampar gerai rambutnya yang kian salju
dibacanya jejak gelombang di gerai buih kepala itu
hujan ritmis bersijatuh dari liang mata air yang ditaja pada satu wangsa
senja semakin mengabu serupa kepak remetuk laut dibubung langit
sedang samudera adalah air mata, dengan asin kenangan melumurinya
sementara helai demi helai rambut gugur dari tempuhan musim
seperti tualang biduk menuju seberang benua
helai pertama tanggal dari ubin kepala, meranggas
menuju pintu beliung yang mengoyak pilu bebatu
helai kedua jatuh menuju jendela
hingga helai demi helai berikutnya dikibaskan pasir
menyihir batu sebagai piatu yang paling abadi

Elvandarisa Astandi, Lahir di Gresik, 19 Februari 1993 memasuki fakultas  Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang. Tulisannya dimuat di Koran local dan puisi-puisinya turut dalam atologi bersama nasional, tinggal di Kota Malang.