Hasan Bisri BFC
Perempuan Pembuat Tempe
pada
lengkung bulu matamu
yang
tegak menunjuk langit biru
seperti
senantiasa berharap
bahwa
perjalanan yang telah kautempuh
tak
selamanya berujung gelap
maka
Subuh selalu memompa gairahmu
mengayun
tangan melangkahkan kaki
mengangsu air memenuhi gentong kehidupan
menghidupkan
bunga-bunga sepanjang jalan
dari
bocor buyung yang kaugendong
aku
cemburu pada kekenyalanmu
meragi
kedele jadi tempe
makanan
sederhana dengan ritus bertele-tele
memisah
limbah
berkah
melimpah
tak
ada keluh yang terucap
bahkan
yang masih di ranah gelap
karena
kerja adalah ibadah
jika
hari ini tak ada yang dibawa ke pasar
kelak
setiap tetesan keringat yang jatuh
akan
senantiasa tumbuh
dan
berbunga di taman-taman surga
aku
senantiasa berharap
bahwa
cita-cita dalam kepalamu
tak
boleh sirna
sebab
anak-anak harus sekolah tinggi
dan
kembali mengolah subur Ibu Pertiwi
29
Maret 2015
Hasan Bisri BFC
Perempuan Pembatik
jika
siraman sinar matahari
menerabas
jendela rumah sederhana
itu
pertanda kau memulai
memahat
prasasti di jantung semesta
melukis
bunga-bunga dan kupu-kupu
di
selembar mori biru
dengan
ketekunan tangan
dan
ketajaman pandangan
tak
ada kabar keluh
yang
dikirimkan kepada Tuhan
bahkan
juga rasa putus asa
meski
hari-hari seperti tak menemukan
bianglala
atau
indah lukisan alam saat senja
sebab
kerja adalah pengabdian
sebab
pengabdian adalah tanggung jawab
membesarkan
anak dan merawat alam
maka
kain motif sulur naga warna sogan
akan
menjadi selendang
yang
menautkan simpul hati dan puncak
peradaban
29
Maret 2015
049.Hasan Bisri BFC lahir di
Pekalongan, 1 Desember 1963. Menulis puisi, cerpen, esai, kritik film, dan scenario
yang dimuat dalam media cetak nasional, penyair ini telah terdaftar dalam
Leksikon Susastra Indonesia yang ditulis Korrie Layun Rampan, tinggal di Bogor
Jawa Barat