Herlina Priyambodo



Herlina Priyambodo

            Sesaat, Selepas Malam di Jakarta

Rembulan kosong menatap manja saat bintangbintang tampakkan kilaunya
Kunangkunang bertebaran, menari diantara belukar beku
Perempuan gemulai itu meliukkan tubuh dibawah temaram lampu jalanan
Menebarkan senyum pada sesiapa
Mengais iba dari lelaki bermata gelap 'tuk hasrat sesaat
Demi sesuap nasi, malam ini!

Perempuan desa itu terluntalunta di keramaian metropolitan
Terseok jalani garis tangan
Tak ada lagi senyum tulus
Tak ada lagi gurat keluguan
Membiarkan satu persatu lelaki jalang menikmati setiap jengkal lekuk tubuhnya
Meski perih
Meski bathin terluka parah
Hanya air mata temani mimpi

Terbayang raut anaknya, bergelar dokter tahun depan
Tak pernah ia tahu, peluh ibunya beraroma tarian syahwat
Menjajakan kenikmatan dari satu pelukan ke pelukan lain
Entah berapa lelaki ada dalam tubuhnya

"Aku hanya ingin engkau berhasil, anakku dan saat itulah aku berhenti..." desahnya tertiup angin, terbang pada Sang Khaliq

Nafas perempuan itu lebih harum dari nafas para koruptor
Bertahan hidup dari peluhnya bukan peluh rakyat
Tak perlu kau nistakan
Karena halal dan haram hanya Tuhan yang tahu!

Langit Jakarta memerah dan perempuan diujung jalan itu tersenyum pasi
Menjajakan tarian purba pada sesiapa!

163152043












Herlina Priyambodo, seorang penyair dan penulis  freelance perempuan penyair ini tinggal di Jakarta.