Norol Fahriah
Perempuan
Penjual jamu
Perempuan
penjual jamu
Kau
relakan julukan itu melekat padamu
Tak
kau perdulikan tatapan sinis orang-orang disekitarmu
Yang
sering memandang rendah pekerjaanmu
Kau
terima saja predikat itu
Tak
kau dengarkan omongan orang-orang yang mencemoohmu
Yang
bisa melemahkan semangat juangmu
Perempuan
penjual jamu
Kau
sanggup melawan rasa malu
Rasa
yang terkadang timbul disela jenuhmu
Namun
segera kau usir demi membesarkan mimpi tuamu
Kau
mampu bertahan dalam kejamnya hidup
Sanggup
melawan derasnya cercaan pahit
Bekerja
keras tak kenal lelah
Perempuan
penjual jamu
Tak
kau hiraukan teriknya sinar mentari
Yang
terus menerpamu tanpa henti
Menghujanimu
dengan sengatan membakar
Menemani
langkahmu menyusuri sudut-sudut desa
Membiarkanmu
melewati lorong-lorong kampung
Kepanasan
dan kehausan selama berjualan
Perempuan
penjual jamu
Kau
abaikan saja letih yang mendera tubuhmu
Karena
memikul beratnya bakul jamu
Demi
mengais sejumlah rupiah
Meski
terkadang penat menggelayuti kakimu
Sebab
jauhnya jalan yang kau tempuh
Untuk
sesuap nasi bekal besok hari
(Bahaur,
26 Maret 2015)
Norol Fahriah
Gadis
Pemetik Teh
Matahari
masih malu-malu menampakkan wajahnya
Semburat
kemerahan warnanya bersembunyi dibalik awan
Seolah
enggan beranjak dari peraduan malam
Namun
tak menyurutkan langkah seorang gadis pemetik teh
Yang
sejak subuh terus menyusuri jalan setapak
Ditemani
sisa-sisa cahaya bulan yang temaram
Mendaki
jalan-jalan sempit di kaki bukit
Sambil
sesekali bersenandung menikmati nuansa pagi
Meski
udara dingin begitu menusuk tulang
Menjalari
seluruh persendian
Seakan
membuat aliran darah membeku
Sedikitpun
tak mengurangi semangatnya
Tak
mampu melunturkan harapannya
Ia
terus berjuang mengalahkan rasa malas
Membuang
jauh-jauh rasa lelah
Yang
terkadang hinggap diantara benaknya yang letih
Ia
seorang gadis pemetik teh
Gadis
desa yang tangguh
Yang
sanggup menaklukkan dinginnya udara pegunungan
Tak
memperdulikan terjal dan licinnya jalan diperkebunan
Rela
memetik pucuk-pucuk teh dari pagi hingga petang
Kuat
memikul bakul-bakul berisi pucuk teh
Yang
beratnya sampai puluhan kilo.
(Bahaur,
26 Maret 2015)
Norol Fahriah, lahir di Bahaur pada tanggal 16 Oktober 1991, perempuan penyair ini tinggal di
Pulau Pisau Kalimantan Tengah.