Ari Susanto
Rambut hitam gadis desa
Rambut
hitamku kini bening
Berlumuran garis suci sesampainya ujung
Ku genggam ujung bunga mawar merah dan kuning
Di teriknya udara panas di hari siang
Berlumuran garis suci sesampainya ujung
Ku genggam ujung bunga mawar merah dan kuning
Di teriknya udara panas di hari siang
Berjalan
mengitari tanda kota yang besar dan bertahta
Berkelok awan putihnya
Mendung membara hitam berlaga
Satu desing yakni menang dalam arena
Berkelok awan putihnya
Mendung membara hitam berlaga
Satu desing yakni menang dalam arena
Rambut
hitamku kini bening
Berlumuran garis suci sesampainya tangkai
Ku genggam tangkai mawar merah dan kuning
Diteriknya udara lembut di hari sore
Berlumuran garis suci sesampainya tangkai
Ku genggam tangkai mawar merah dan kuning
Diteriknya udara lembut di hari sore
Ditelan
kabutnya udara kota berdilema
Tak terlihat awan lebih lama
Terpejam mata aku tak bisa
Ikuti saja
Tak terlihat awan lebih lama
Terpejam mata aku tak bisa
Ikuti saja
Rambut
hitamku kini bening
Berlumuran garis suci sesampainya akar
Ku genggam akar mawar merah dan kuning
Diteriknya udara dingin di hari malam
008. Mentari dari sudut
Mentari yang berasal dari sudut
Dan engkau yang sedari tadi tersudut
Hanya satu tusuk kecil tak terhasut
Di bawah parasNYA, dia pucat
Sembari bergeming aku terlambat
Berlumuran garis suci sesampainya akar
Ku genggam akar mawar merah dan kuning
Diteriknya udara dingin di hari malam
008. Mentari dari sudut
Mentari yang berasal dari sudut
Dan engkau yang sedari tadi tersudut
Hanya satu tusuk kecil tak terhasut
Di bawah parasNYA, dia pucat
Sembari bergeming aku terlambat
Desa
yang kecil sekaligus terpencil
Memberi sungai air bersama sang kerdil
Memopong sayap gundah dipundak dua
Merintih hadirnya tentang asa
Memberi sungai air bersama sang kerdil
Memopong sayap gundah dipundak dua
Merintih hadirnya tentang asa
Sinar
mentari menyinari gadis pasif
Disini dia bercanda dengan hatif
Yang besi nyata kian berlalu
Lepas dan menghulu
Lalu ditimanglah lagi aku dalam pelukannya, . . . ibu
Disini dia bercanda dengan hatif
Yang besi nyata kian berlalu
Lepas dan menghulu
Lalu ditimanglah lagi aku dalam pelukannya, . . . ibu
dengan
hari ini baik maka hari kedepan dan masa depan akan baik jua’