Edi Purwanto
Pagi di Hanakau
kaki-kaki
perempuan pekon
mengeja
jalanan
nuju
kalimat pengharapan
dalam
irama pagi
sedang
kabut masih terlukis
pada
wajah bumi
dan
embun terlalu riang
menari
di ujung daun
tiada
pernah mereka lahirkan keluh
yang
dapat membunuh baja dalam tubuh
meski
hidup harus bertaruh
Bandarlampung,
2014
Kepada Perempuanku
tetaplah
di sini
dalam
istana paling indah
nyanyilah
bersama burung-burung
dalam
iringan orkestra
reranting
dan daun-daun
biar
saja udara suci bertandang
masuki
sebagian ruang
dalam
tubuhmu
kelak
engkau kan mekar
seperti
melati
menebar
wangi
di
tanah ini
Bandarlampung, 2014
Edi Purwanto,
lahir di Sindangsari, Natar, Lampung Selatan pada 7 Juli 1971, memasuki fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah,
Universitas Lampung. Sejumlah puisinya termuat dalam antologi bersama nasional , penyair ini tinggal di
Kemiling Bandar Lampung.