Abu Ma'mur MF
Romansa Perempuan Perkasa
Sebongkah
rembulan masih ada meski reruntuhan
cahayanya
mulai perlina
Perempuan-perempuan
perkasa bergegas menuju pasar
Memanggul
nasib menggelar selembar mimpi, menakar
kesetiaan
sebagai jalan menuju tuhan
Bukan
membiarkan dirinya dipingit dalam ruang lipstik serupa
penjara
berjeruji logam mulia
Kepingan-kepingan
keringat jauh lebih bermartabat ketimbang
sekedar
bersolek dengan senyum plastik atas dalih
ketakberdayaan
sebagai potongan rusuk menjelma bonsai
di
kamar pengap penuh jejaring laba-
laba
tanpa leluasa mereguk udara mengunyah serpihan-
serpihan
cahaya hingga renta, berkarat, dan
lapuk
Matahari
sempurna matang, perempuan-perempuan perkasa
Menjelang
pulang. Menjinjing butiran-butiran cinta buat
buah
tubuhnya juga suaminya yang masih setia mencangkul
sepetak
nasib di ladang
tetangga
sebelah
Brebes, 17 Maret 2015
Abu Ma'mur MF
Suatu Hikayat Perempuan
Seperti
biasa, pagi itu,
wa
dinah mengukir langkah perkasa menuju pasar balamoa
memanggul segulung daun pisang
Menjinjing
beberapa ikat biting, juga sepotong mimpi tentang
puing-puing
hari yang terselip di sela sisa usia agar tak sia-sia
Urat
keriputnya mengabarkan tentang sengatan-sengatan
nasib
selama berpuluh tahun dalam lembab rumah bambu
Sejak
wa suyat, suaminya, menempuh perjalanan ke alam kekal
Mewariskan
sejengkal harapan buat ketiga buah tubuhnya
Perjalanan,
betapapun tak selalu ramah,
ia
lalui sebagai suatu keniscayaan:
dalam
kemarau dan hujan
menjelma
berlembar-lembar puisi elegi sampai senja benar-benar sekarat dan butir-butir
keringat tak lagi berdenyar
Pagi
ini,
aku
melihat keperkasaannya masih terawat kuat
di
tubuh anak-anaknya: buruh pabrik, pengayuh becak, dan
pekerja
serabutan
Sementara
pahatan namanya telah tergurat sunyi
di
sampul buku yasin dan tahlil
Ketanggungan, 2015
Abu Ma’mur MF, penyair ini kelahiran Tegal, puisi-puisinya dimuat dalam mendia cetak nasional dan turut dalam beberapa antologi bersama nasional tinggal di Brebes Jawa tengah.