Kurnia Fajar
Perempuan
Desa
dulu
kami dipuja
dulu
kami juga jadi primadona
keluguan
kami jadi ‘komoditi’ utama
oleh
sebab itu muncullah ‘kembang desa’
disematkan
pada tubuh lugu kami
kami
perempuan desa
memilih
tinggal dan tua bersama alam
kami
perempuan desa
memilih
dapur dari pada kota
kami
perempuan desa
memilih
hidup penuh sederhana
kami
perempuan desa
akan
tetap mengangkat kain untuk sampai di ladang
maka
kami perempuan desa
yang
tak bergelar namun penuh kesahajaan
akan
selalu menyusui tanah ibu pertiwi
Aahhhh....
aku
perempuan desa
yang
tak mampu memuisikannya
merangkum
dalam larik-larik penuh makna
juga
kuntum metafora yang begitu menggoda
aahhhh....
aku
perempuan desa
yang
tak mampu menulis sejarah
mencatatkan
peristiwa dalam prasasti dunia
tapi
aku perempuan desa
sanggup
memanah cintamu
kami
perempuan desa
mungkin
hanya bisa menangis
ketika
penjajah merenggut suami kami
kami
perempuan desa
mungkin
hanya bisa meratap
ketika
serdadu merampas mahkota kami
tapi
kami perempuan desa
yang
kau sebut udik
sebab
kami memakai jarik
akan
terus mengumandangkan mantra
dibalik
tangisan kami
disela
ratapan kami
hingga
semesta raya terbangun
sebab
kami tak akan pernah mati
sebab
ngigau kami mengangkasa
merubah
sengau menjadi doa
yang
kau sebut perempuan desa itu kami
yang
setiap pagi menuruni bukit untuk menjual hasil tani
tak
ada alas kaki pelindung duri
kami
melangkah penuh sahaja mencari rejeki
jiwa
kami ditempa derita, sebab itu kami tak mencuri
yang
kau sebut perempuan desa itu kami
yang
tak kelu ketika harga pangan melambung tinggi
sebab
di belakang rumah sayur mayur tersedia tak perlu pupuk kimiawi
yang
kau sebut perempuan desa itu kami
yang
menyunggi bakul berisi nasi
untuk
makan suami kami
yang
bekerja menjadi buruh di sawah milik juragan sapi
yang
kau sebut perempuan desa itu kami
yang
sederhana dalam berpikir
lumrah
dalam bertindak
dan
luwes dalam bersikap
yang
kau sebut perempuan desa itu kami
yang
menyusui tanah ibu pertiwi
Wonogiri_Maret
2015
Kurnia Fajar, lahir 13 Oktober 30 tahun silam di Klaten.
Memasuki Universitas Sebelas Maret
Surakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah hingga Pascasarjana universitas yang sama
dengan konsentrasi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Jawa, penyair ini tinggal di Wonogiri.