Nazri Z. Syah
Lukisan di Mata Gadis
Desa
aku
menyaksikan matamu memandang lurus
tak
berkedip dan tanpa bayangan apapun
kosong,
entah seberapa hampanya di dalam sana
seperti
lembaran kertas yang tidak bertinta
sepinya
seakan menanti jawaban seorang penyair
penuh
dengan misteri sajak-sajak sebening embun
kesejukan
yang dirampas oleh sengat mentari
bukan
hangat, kegigilan telah berdentang ketakutan
aku
melihat kelopakmu bertahan melawan gelap
tak
ingin sekejap pun untuk berhenti menatap
terus
berharap semua berlalu layaknya badai gurun
segerang
sawah dan ladang-ladang petani di kala kemarau
kau
tak ingin menangis, tapi kenyataan telah memaksa
pergi
selama-lamanya, demi upah bergenggam emas
nahas,
kau telah masuk ke liang yang salah
keindahan
semasa di desa tak kunjung memeluk
mimpimu
dihabisi malam-malam di tempat mewah
bertajuk
duka untuk kesekian lembaran dewa
jiwamu
luntur seiring kesucian yang tak bertuan lagi
mungkin
hanya aku yang melihat matamu
di
antara mereka yang tertipu dengan senyum palsumu
dan
aku pula yang terus dilanda gelisah
sampai
kapan kau bangga dengan kepalsuan kota ini?
Bandung, 2015
Nazri Z. Syah
Kabar Gadis Desa
entah
bagaimana aku mengabarinya?
saat
langit yang tak lagi biru
dan
pelangi sudah berwarna kelabu
tentang
anak perempuan itu
yang
datang dari kebanggaan desaku
entah
bagaimana aku mengabarinya?
embun
di kelopak melati telah mengering
sinar
di bola matanya sudah padam
dan
senyum itu adalah palsu
entah
bagaimana aku mengabarinya?
jerit
hati yang kian merobek sunyi
kalutan
akut meradang jiwa dan nurani
semakin
rapuh saja dalam kesendirian
entah
bagaimana aku mengabarinya?
tentang
wangi lehernya yang tandus
gersang
sejadi-jadi, berkarat oleh keringat
entah
bagaimana aku mengabarinya?
dia
yang dulu aku kira titisan Srikandi
angkuh
menantang duka dan air mata
dalam
benak, aku tahu dia lemah
entah
bagaimana aku mengabarinya?
kesesakan
luka meludahi dunia
hari-hari
yang terlewati dengan kecewa
berias
wajah beku penghuni kota
dan
dilaknat oleh kenyataan
Bandung, 2015
Nazri Z. Syah penyair ini tinggal di Aceh, karya
puisinya dimuat di berbagai media nasional.