Ni Made Rai Sri Artini


Ni Made Rai Sri Artini
Seikat Puisi di Wajahmu

Malam menggema dan rembulan bercahya dalam dadamu
di balik nadimu paling degup
Puisi puisi berbaris dalam kalam malam
menyuguhkan sekelompok angsana berpugak dalam sunyimu
Pupuh pupuh menjerit dalam tubuh purnama
menyapa setiap kelokan paling aku di lipatan sangkarmu
Katamu kau takkan berpaling dari rinai hujan dan deru angin
Kau tak mengenal putus asa, tak jua meninabobokan kemenangan
Di tengah desau angin sawah
Jiwamu  padi menguning, nadimu riuh kicau pipit
Mencari Tuhan di sela barisan padi
Di parasmu bersarang puisi puisi bulir padi
Harapan selalu rekah dalam matamu
Sejak kau memutuskan menikahi hawa pedesaan
Kau lahir setiap hari di pematang yang tabah
dalam perjuangan yang pekat tersekat
Lumpur pun tampak memikat
Kau bebas laksana udara
Pada cahaya di pelupuk pagi kau tiriskan luka
Pada selembar hari kau memetakan kesederhanaan
Seikat puisi bertahta di wajahmu paling senyap
tak hilang oleh malang
tak lenyap oleh senyap


Ni Made Rai Sri Artini
Perempuan Desaku

Pada cahaya matamu o perempuan desaku
tersimpan tubuh hujan
saat sawah merindui air surgawi
kala malam malam meragu dan bibir tlah gagu

Dalam belahan dadamu,
dukakah atau lukakah  itu
yang kau kunyah sebagaimana sirih lelap dalam rongga mulut
perihkah o mata tatkala kabut bergelayut manja
kebekuan rekah dalam dada perkasamu
sekawanan resah mengasah  sunyi melengking tajam

Kidung kasmaran memungut remah masa lalu
Masa lalu yang takkan pudar di pusaran waktu
tentang jerit sawah dan ladang menjelma pohon beton
Kau serahkan segala musim hatimu pada ruh semesta
yang menjadikan jantung bagi matamu
yang menjadikan rumah bagi lambungmu

Pada pijar nadimu o perempuan desaku
tawakah atau desahankah yang kau telan sebagaimana beban
berkelana dalam ranum kulummu
kau hanya paham kesahajaan di tengah getirnya modernisasi


Rebahkanlah sejenak kepalamu di bahuku
Biarkan rambutmu liar berkelana menelusuri belantaraku
Aku ingin berenang dalam dadamu
meresapi setiap episode dibiliknya
episode dukana yang sering melolong rapuh
biarlah aku menjelajahi semestamu
memagut setiap inchi tubuhmu
mengulum setiap sel kotamu
menyusunnya kembali menjadi puisi yang hidup
















Ni Made Rai Sri Artini , lahir di Denpasar 17 Nofember 1978 , perempuan penyair ini tinggal di Badung Bali.