Ahmad Samuel Jogawi



Ahmad Samuel Jogawi
Aku Sapa Dia
Aku sapa dia
Seorang perempuan muda
Kembang desa di kampungnya
Namanya Siti terlahir dari orang tua
Yang berprofesi menjadi Kepala Kedokteran
Ya, Kepala Kedokteran yang "Broken Home"
Aku sapa dia
Seorang perempuan janda
Mantan kembang desa di Rt-Rwnya
Namanya Roro bekerja sebagai Pelayan
Yang melayani tamu-tamu di hotel bintang tiga
Ya, di hotel bintang tiga yang katanya lumayan krisis
Aku sapa dia
Seorang perempuan tua
Yang disegani di kampungnya
Namanya Zubaidah tangan kanan lurahnya
Yang berkali-kali masuk Rumah Sakit mewah
Ya, Rumah Sakit mewah yang karnanya serangan jantung
Banyak juga yang belum aku sapa
di antaranya Kholifah, Wiwin, Tika, Sinta, Mita
Semuanya adalah orang-orang terpilih
Yang ingin mengabdikan ilmunya di Jakarta
Ya, di Jakarta yang penuh dengan harta dan sengsara
Aku sapa dia
Seorang perempuan sederhana
Yang menjadi tulang punggung keluarga
Namanya Khumairoh yang menjadikanku jatuh cinta
Dia tulen dari desa
Yang ingin menjaga kelestariaannya
Ya, kelestariannya yang mempesona
Aku sapa dia
Berulangkali
Karena dia ingin pergi
Untuk menjadi tumbal
Mempertahankan desanya
Pekalongan, 2014

Ahmad Samuel Jogawi

TAK TERUNGKAP

di genangan embun
di atas rerumput kering itu
Mulai tampak kecanggungan
yang diombang-ambingkan angin
dibawa lari untuk sampai di suatu kota
Mencari impian yang tak tercatat
Hingga berakhir setelah angin tahu
"Terpaksa menjatuhkan embun tiba-tiba
karna rerumput kering itu tak seimbang
dengan beratnya"
Mungkin itu bayangan dulu
Tapi kini semakin menjadi
dengan datangnya sederet puisi
yang tak terungkap misteri
; di sini datang si Dewi
di sini ada si Putri
di sini merasakan jerit
Harum namanya di papan pos ronda
di bibir ibu-ibu rumah tangga.
Pekalongan, 2014.









Ahmad Samuel Jogawi penyair ini lahir di kota Pekalongan, memasuki  Bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Pekalongan.Turut serta dalam  antalogi Puisi Menolak Korupsi, antalogi Penyair Titik 13, antalogi penyair 18 November.