Ali Syamsudin Arsi
PATAH TANGKAI BULIR PADI
seharusnya
kita tidak pernah melepaskan
tentang apa yang telah lama sekepak burung di telapak tangan
ada di dalam catatan sejarah dan senyum gadis turun gunung
seharusnya kita enyahkan kabut di lereng-lereng bukit
sebelum tebal bergumpal dan membadai, hingga akhirnya
seluruh permukaan tanah terkoyak lepaskan tebing ke curam
ke curam warna merah di ketinggian ngarai
tentang apa yang telah lama sekepak burung di telapak tangan
ada di dalam catatan sejarah dan senyum gadis turun gunung
seharusnya kita enyahkan kabut di lereng-lereng bukit
sebelum tebal bergumpal dan membadai, hingga akhirnya
seluruh permukaan tanah terkoyak lepaskan tebing ke curam
ke curam warna merah di ketinggian ngarai
sekepak
burung
catatan sejarah
senyum gadis turun gunung
warna merah
catatan sejarah
senyum gadis turun gunung
warna merah
kini
kita kehilangan bulir-bulir padi
bersama sirnanya senyum gadis-gadis di embun pagi
kini kita meraung dalam tangis ke awan-awan tinggi
bersama pekik kepal tangan sepi jantung sepi hati
bersama sirnanya senyum gadis-gadis di embun pagi
kini kita meraung dalam tangis ke awan-awan tinggi
bersama pekik kepal tangan sepi jantung sepi hati
lantas,
adakah yang mampu lepaskan arah jalan
menuju titik jauh ke puncak capaian
menuju titik jauh ke puncak capaian
sementara
gemulai gadis turun titian
selalu saja kita abaikan
selalu saja kita abaikan
/asa,
banjarbaru, 10 desember 2014
Ali Syamsudin Arsi
PEREMPUAN, TERSENYUMLAH
tanah
di telapak kaki-pijakmu masih terasa lembab dan basah embun sebelum lenyap kita
belum pernah berjumpa sampai engkau beranjak dewasa aku masih berada di hiruk
pikuk asap serta deru mesin kota-kota daun pohonan samping rumahmu sangat kuat
melambai agar aku berangkat menuju titik engkau berdiri dan melangkah
selembut-lembutnya sebuah langkah agar kersik daun kering tak tersimak oleh
penangkap jerat suara aku terselubung oleh bisingnya kota-kota aku terkepung
oleh carut-marutnya simpang siur langkah-langkah sangat tergesa-gesa aku lumpuh
dicakar-cakar racun cuaca, perempuan adalah engkau yang kini gemulai berdiri
antara desau hembus angin di celah-celah hening berdiri dengan gerai rambut di
rona-rona, perempuan, tersenyumlah
perempuan,
tersenyumlah
rentangkan kedua kepak sayapmu
hingga aku terbebas dan mampu menjadi dewasa
rentangkan kedua kepak sayapmu
hingga aku terbebas dan mampu menjadi dewasa
/asa,
banjarbaru, 10 desember 2014
Ali Syamsudin Arsi penyair
kelahiran Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah, Prov.
Kalimantan Selatan.
Termasuk penyair yang produktif , menulis antologi , esai, juga turut dalam
beberapa antologi bersama nasional. Penyair ini tinggal
di kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.